Seminar Nasional Himasylva Unila, Menggali Potensi Keanekaragaman Hayati di Hutan Lampung

oleh

Grafiknews.com, Bandar Lampung- Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) kembali mengadakan kuliah umum bertajuk “Penjelajahan Kanopi hingga Lantai Hutan: Potensi Keanekaragaman Aves, Mamalia Kecil, dan Herpetofauna di Hutan Lampung”, pada Sabtu, 19 Oktober 2024, di Ruang A1 Gedung Dekanat Fakultas Pertanian Unila.

Acara dimulai dengan penampilan Tari Sembah dan pembacaan tilawah, serta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Seminar ini merupakan bagian dari ekspedisi penelitian Studi Hasil Observasi dan Eksplorasi (SHOREA) yang dilaksanakan oleh Himasylva, sebagai program kerja mereka untuk menggali potensi ekosistem hutan di Lampung.

Muhammad Iqbal Albayan, ketua pelaksana seminar, mengapresiasi antusiasme peserta yang hadir baik secara langsung maupun virtual melalui Zoom. Muhammad Umar Fadly, Ketua HMJ THP Unila, berharap seminar ini dapat memotivasi lebih banyak penelitian untuk melindungi spesies alami di hutan dan memperkuat upaya konservasi.

Ketua Jurusan Kehutanan, Dr. Bainah Sari Dewi, juga memberikan sambutannya, mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan kesempatan ini dalam menambah wawasan mengenai keanekaragaman burung, mamalia, dan herpetofauna,serta pentingnya konservasi.

Setelah sambutan, keynote speaker, Ir. Yan Ruchyansyah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, membahas pentingnya menjaga ekosistem hutan di Lampung yang masih terjaga di beberapa kawasan seperti Lanskap Batu Tegi, Taman Hutan Raya Wan Abdurrachman, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Meskipun begitu, sekitar 86 persen lahan di Lampung sudah mengalami aktivitas manusia, sehingga sinergi antara pemerintah, akademisi, dan NGO sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan.

Materi berikutnya disampaikan oleh Reza Saputra dari KPH Batu Tegi, yang memaparkan tentang penelitian keanekaragaman burung di Way Sekampung. Timnya berhasil mengidentifikasi beberapa spesies burung seperti Pelatuk Sayap Merah dan Caladi Batu Melayu melalui metode point count dan transek.

An-Nadzri Fikrudin Haq, ketua tim ekspedisi, membahas analisis mamalia kecil non-volan di Stasiun Penelitian Rawa Bunder. Pengamatan dilakukan selama 30 hari dengan metode life trap dan penjelajahan, menemukan spesies seperti Kucing Hutan dan Musang Leher Kuning.

Gusektiono, ketua tim ekspedisi herpetofauna, mempresentasikan hasil studi terhadap Ordo Squamata di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, menemukan spesies seperti ular gigi kucing dan cicak jari lengkung menggunakan metode VES dan transek.

Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penelitian observasi dan eksplorasi dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Lampung, serta memotivasi mahasiswa dan masyarakat untuk terlibat dalam upaya konservasi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *